Pada saat Indonesia mengalami krisis moneter 1998 membuat utang Indonesia di luar negeri membengkak. Krisis moneter terjadi sebab Indonesia mengalami penurunan nilai rupiah pada tahun 1997 sampai 1998 yang cukup signifikan. Pada Juni 1997, nilai tukar rupiah terhadap dolar hanya Rp2.380 per dolar dan mendadak rupiah melemah pada Juli 1998 yang menyentuh Rp14.150 per dolar. Untuk mengatasi krisis keuangan tahun 1998, pemerintah Indonesia terpaksa meminjam dana ke International Monetary Fund atau IMF (Setiawati, 2023).
Di masa krisis keuangan, IMF memberikan bantuan finansial kepada Indonesia dengan syarat-syarat tertentu. Beberapa syaratnya antara lain menaikkan suku bunga acuan dan melikuidasi bank-bank yang dianggap bermasalah. Menurut hasil riset CNBC tahun 2023 dalam (Alaydrus, 2023). Hutang kepada IMF bermula pada 5 November 1997, IMF menyetujui pinjaman dalam bentuk standby arrangements senilai 8,34 miliar SDR, namun yang dicairkan hanya sebesar 3,67 miliar SDR. Selanjutnya pada 25 Agustus 1998, IMF menyetujui pinjaman dalam bentuk extended fund facility senilai 5,38 miliar SDR, namun yang dicairkan hanya 3,8 miliar SDR. Pada 4 Februari 2000, IMF kembali menyetujui sebesar 3,64 miliar SDR dan semua dicairkan. Pinjaman IMF tersebut tidak dicairkan secara langsung tetapi secara bertahap mulai 1997 hingga 2003.
Di bawah kepemimpinan Presiden SBY, pemerintah melakukan berbagai kebijakan reformasi ekonomi yang direkomendasikan oleh IMF. Ini melibatkan restrukturisasi sektor keuangan, pengendalian inflasi, dan perbaikan tata kelola perusahaan. Kebijakan ini tidak hanya membantu mengatasi krisis, tetapi juga membentuk fondasi untuk melunasi utang kepada IMF (Kamalina, 2023). Pada Oktober 2006, Indonesia berhasil melunasi utangnya kepada IMF lebih awal dari yang dijadwalkan. Pemerintah melunasi pokok utang sebesar USD 11,1 miliar antara tahun 2001 dan 2006. Pembayaran terakhir dilakukan pada 12 Oktober 2006 sebesar SDR 2,15 miliar (Oswaldo, 2023). Setelah pembayaran ini, utang Indonesia kepada IMF akan terlunasi. Keberhasilan ini merupakan hasil dari pertumbuhan ekonomi yang stabil, kontrol inflasi yang ketat, dan kebijakan fiskal yang cermat di bawah kepemimpinan Presiden SBY.
Melunasi utang kepada IMF di era Presiden SBY memiliki dampak positif yang luas. Indonesia mendapatkan kepercayaan dari pasar global dan investor asing, meningkatkan citra negara ini di mata dunia. Kebebasan finansial yang diperoleh setelah melunasi utang juga memungkinkan pemerintah untuk fokus pada pembangunan ekonomi jangka panjang, investasi dalam pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur. Kesuksesan ini menjadi tonggak penting dalam sejarah ekonomi Indonesia, menciptakan landasan yang kokoh untuk pertumbuhan berkelanjutan di masa depan.
REFERENSI
Alaydrus, H., 2023. SBY Lunasi Utang ke IMF, Dapat Uang Dari Mana? [Online]
Available at: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230706074947-4-451758/sby-lunasiutang-ke-imf-dapat-uang-dari-mana. [Diakses 4 Oktober 2023]
Kamalina, R.A., 2023. Kronologi Utang Indonesia ke IMF, 1998 hingga Lunas di
Era SBY. [Online] Available at: https://ekonomi.bisnis.com/read/20230703/9/1671060/kronologi-utang-indone
sia-ke-imf-1998-hingga-lunas-di-era-sby [Diakses 5 Oktober 2023]
Oswaldo, I., 2023. Kronologi RI Jadi ‘Mangsa’ Jeratan Utang IMF di Zaman
Kegelapan. [Online] Available at: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6805290/kronologi-ri-jadimangsa-jeratan-utang-imf-di-zaman-kegelapan [Diakses 5 Oktober 2023]
Setiawati, S., 2023. Disebut Bahlil Sudah Lunas, Begini Kronologi RI Utang ke
IMF. [Online] Available at:
https://www.cnbcindonesia.com/market/20230701103157-17-450359/disebutbahlil-sudah-lunas-begini-kronologi-ri-utang-ke-imf. [Diakses 4 Oktober 2023]