TREN DEDOLARISASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

Dalam beberapa tahun terakhir, tren dedolarisasi menjadi perhatian perekonomian dunia,
termasuk di Indonesia. Dedolarisasi merujuk pada pengurangan penggunaan mata uang dolar
Amerika Serikat (AS) dalam aktivitas ekonomi suatu negara. Fenomena ini memiliki dampak
yang signifikan terhadap perekonomian dan kebijakan moneter negara-negara tersebut.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Economics and Financial
Issues, dedolarisasi memiliki efek yang signifikan pada negara-negara ekonomi baru dan
berkembang. Penelitian ini menyatakan bahwa dedolarisasi memberikan kesempatan bagi
negara-negara untuk mengurangi risiko terkait fluktuasi nilai tukar dan volatilitas dolar AS
dalam aktivitas ekonomi (Ali, A., & Akgüç, Y., 2019). Di Indonesia, kebijakan dedolarisasi
menjadi lebih relevan setelah krisis keuangan global tahun 2008 yang mengungkapkan
kerentanan terhadap fluktuasi nilai tukar dolar AS dan mendorong negara-negara untuk
mencari alternatif yang lebih stabil dan beragam dalam sistem keuangan global.
Bank Indonesia telah mengakui pentingnya langkah-langkah dedolarisasi dalam
mewujudkan stabilitas keuangan negara. Dalam Rencana Aksi Nasional Dedolarisasi, Bank
Indonesia menyatakan bahwa dedolarisasi bertujuan untuk mengurangi risiko terkait fluktuasi
nilai tukar dan ketergantungan terhadap mata uang asing, serta mendorong penggunaan rupiah
dalam transaksi ekonomi domestik (Bank Indonesia, 2020). Pelemahan nilai tukar rupiah
Indonesia juga menjadi faktor yang mendorong langkah-langkah dedolarisasi. Penurunan nilai
tukar ini memberikan tekanan pada ekonomi domestik dan menyadarkan pentingnya
diversifikasi mata uang dalam aktivitas ekonomi negara (Kementerian Keuangan Republik
Indonesia, 2021).
Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede dalam Kumparan, dengan adanya
dedolarisasi ini dapat mengurangi tingkat ketergantungan Indonesia terhadap mata uang dolar.
Mengurangi tingkat ketergantungan terhadap mata uang dolar ini direalisasikan dengan
penggunaan mata uang Rupiah dalam transaksi jual-beli domestik maupun bilateral.
Kemudian, menurut Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEUI, Teuku
Riefky dalam Kumparan (2023), dengan adanya dedolarisasi ini tidak langsung membuat nilai
mata uang Rupiah menjadi menguat, karena hal ini juga bergantung pada rekan dagang dari
Indonesia. Menurutnya, dedolarisasi hanya akan membuat nilai Rupiah menjadi lebih stabil
dalam jangka pendek dan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan meningkat dalam jangka
waktu yang panjang. Dengan demikian, upaya dedolarisasi di Indonesia merupakan respons
terhadap risiko dan tantangan yang dihadapi dalam ketergantungan terhadap dolar AS.
Saat ini, Indonesia melakukan disertifikasi penggunaan mata uang dengan menggunakan
mekanisme Local Currency Settlement (LCT) oleh Bank Indonesia. Local Currency Settlement
(LCT) adalah transaksi yang dilakukan oleh para pelaku usaha di Indonesia dengan mitra kerja
secara bilateral dengan menggunakan mata uang masing-masing negaranya. Hal ini juga diatur
dalam PBI No. 22/12/PBI/2020 Tentang Penyelesaian Transaksi Perdagangan Bilateral
Menggunakan Mata Uang Lokal melalui Bank. Bank Indonesia juga menegaskan bahwa
Indonesia telah melakukan kerja sama dengan beberapa negara anggota ASEAN, di antaranya
adalah Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina dalam menggunakan LCT.
Dedolarisasi dapat menjadikan nilai rupiah lebih stabil dikarenakan Indonesia memiliki
sebagian rekan dagang yang menggunakan dolar AS dalam kegiatan ekonominya. Apabila
negara-negara tersebut mengalami suatu guncangan ekonomi secara tiba-tiba dan tidak
diantisipasi, maka hal itu juga akan berdampak pada nilai tukar uang. Adanya upaya
dedolarisasi dengan mekanisme LCT dapat menjadi solusi untuk meminimalkan adanya
dampak akibat guncangan ekonomi rekan dagang yang ada. Tren dedolarisasi ini memberikan
dampak bagi perekonomian Indonesia, menurut Ketua Komite Analis Kebijakan Ekonomi
Apindo Ajib Hamdani dampak positif adanya kebijakan dedolarisasi adalah sebagai berikut.
1. Munculnya efisiensi karena penggunaan mata uang yang sama ketika transaksi antara dua
negara yaitu mata uang negara yang bersangkutan.
2. Akan membuat negara relatif terhindar dari ancaman financial crisis karena adanya
diversifikasi mata uang yang dilakukan dalam transaksi Internasional
3. Menyebabkan keuntungan dan dalam neraca pembayaran dan kesehatan fiskal Indonesia
yang disebabkan oleh terdepresinya dolar Amerika Serikat.
4. Meningkatkan stabilitas rupiah di tengah tekanan global yang tidak menentu, menciptakan
dan mempererat hubungan dagang dengan negara mitra khususnya ASEAN, memangkas
biaya perdagangan, dan menambah keuntungan kegiatan ekspor impor.
Kebijakan dedolarisasi ini juga memberi dampak negatif, seperti munculnya
ketidakpastian baru dalam perekonomian. Dedolarisasi ini juga memiliki kelemahan yang
menyulitkan bagi Indonesia, yaitu mata uang lokal akan sulit digunakan untuk membayar kapal
yang beroperasi di jalur perdagangan lintas negara sedangkan 90% kapal-kapal tersebut
menggunakan bendera asing dan hanya menerima pembayaran dengan dolar AS. Selanjutnya,
tidak menutup kemungkinan akan terjadi lagi ketergantungan baru terhadap mata uang yang
nantinya mendominasi menggantikan dolar (Santia, 2023). Dalam hal ini, adapun upaya
memaksimalkan dampak positif dedolarisasi, pemerintah Indonesia dapat melakukan beberapa
hal yaitu:
1. Mendorong perdagangan regional agar penggunaan mata uang lokal dapat lebih optimal
dalam perdagangan antarnegara ASEAN. Selain itu dengan meningkatnya perdagangan
regional, maka akan menyebabkan peningkatan terhadap pertumbuhan ekonomi regional
dan integrasi ekonomi ASEAN
2. Memperkuat keuangan regional dengan memfasilitasi pengembangan infrastruktur
keuangan regional yang mendukung penggunaan mata uang regional dalam transaksi dan
investasi di ASEAN.
3. Pemerintah Indonesia juga dapat berkontribusi dalam pembentukan gugus tugas yang akan
mengeksplorasi pengembangan suatu kerangka transaksi mata uang lokal di kawasan
ASEAN.
REFERENSI
Ali, A., & Akgüç, Y. (2019). The Effects of De-Dollarization on Emerging Economies: A
Comparative Analysis. International Journal of Economics and Financial Issues, 1-9.
Bank Indonesia. (2020). Rencana Aksi Nasional Dedolarisasi.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2021). Laporan Ekonomi dan Keuangan
Indonesia.
Kumparan Bisnis, 2023. Ekonom Ungkap Dampak Dedolarisasi untuk RI, Apa Saja?. [Online]
Available at https://kumparan.com/kumparanbisnis/ekonom-ungkap-dampakdedolarisasi-untuk-ri-apa-saja-20Hts0BIIuB/3
[Diakses 20 Mei 2023].
Santia, T., 2023. Mengenal Dedolarisasi dan Pengaruhnya Bagi Ekonomi Indonesia. [Online]
Available at: https://www.liputan6.com/bisnis/read/5269025/mengenal-dedolarisasi-danpengaruhnya-bagi-ekonomi-indonesia
[Diakses 20 Mei 2023].